Dina Fenisha Azmi
19510120
3PA02
Psikoterapi
Analisis
Transaksional adalah salah satu pendekatan psikoterapi yang menekankan
pada hubungan interaksional. Analisis Transaksional dapat dipergunakan untuk
terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan
pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan danarah
proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan
pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka prosesterapi
mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan
baru, guna kemajuan hidupnya sendiri
Teori analisis
transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yangditulisnya dalam
buku games people play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari
kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat
populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku.
Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi
yang mendasar.
Kata transaksi
selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan.
Dalam komunikasi
antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah
pesan-pesan baik
verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan
untuk mengkaji
secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di
dalamnya dan
pesan apa yang dipertukarkan).
Analisis
Transaksional berakar dalam suatu filsafat anti deterministic yang memandang
bahwa kehidupan manusia bukanlah suatu yang sudah ditentukan. Analisis
Transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami
keputusan-keputusan pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan
kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne
dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih
dan, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya. Gringkers’s mengemukakan
pandangannya bahwa hakikat hidup manusia selalu ditempatkan dalam interaksi dan
interelasi sebagai dasar bagi pertumbuhan dirinya. Dalam diri setiap manusia,
seperti dikutip Collins (1983), memiliki tiga status ego.
Sikap
dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua (Parent= P. exteropsychic);
sikap
orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan ego anak (Child = C, arheopsychic).
Ketiga
sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik dewasa, anak-anak, maupun
orangtua).
Sikap orangtua
yang diwakili dalam perilaku dapat terlihat dan terdengar dari tindakan maupun
tutur kata ataupun ucapan-ucapannya. Seperti tindakan menasihati orang lain,
memberikan hiburan, menguatkan perasaan, memberikan pertimbangan, membantu,
melindungi, mendorong untuk berbuat baik adalah sikap yang nurturing parent
(NP).
Sebaliknya ada
pula sikap orang tua yang suka menghardik, membentuk,
menghukum,
berprasangka, melarang, semuanya disebut dengan sikap yang critical
parent (CP).
Setiap orang juga menurut Berne memiliki sikap orang dewasa. Sikap orang
dewasa
umumnya pragmatis dan realitas. Mengambil kesimpulan, keputusan berdasarkan
fakta-fakta yang ada. Suka bertanya, mencari atau menunjukkan faktafakta, bersifat
rasional dan tidak emosional, bersifat objektif dan sebagainya. sikap lain yang
dimiliki juga adalah sikap anak-anak. Dibedakan antara natural child (NC)
yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal, kreatif, memberontak. Sebaliknya
yang bersifat adapted child (AC) adalah mengeluh, ngambek, suka pamer, dan
bermanja diri. Ketiga sikap itu ibarat rekaman yang selalu diputar-putar bagai
piringan hitam dan terus bernyanyi berulang-ulang di saat dikehendaki dan
dimungkinkan. Karenanya maka sering anda berkata : si Pulan sangat dewasa; si
Iteung kekanak-kanakan; atau si Ucok sok tua, mengajari atau menggurui. Bagaimana
cara mengetahui sikap ego yang dimiliki setiap orang? Berne mengajukan empat
cara, yaitu:
1. Melihat
tingkah laku nonverbal maupun verbal yang digunakannya. Tingkah
laku nonverbal tersebut pada umumnya sama
namun dapat dibedakan kodekode
simbolnya pada setiap orang sesuai dengan
budaya yang melingkupinya. Di samping |
nonverbal juga melalui verbal, misalnya pilihan kata. Seringkali (umumnya) tingkah laku
melalui komunikasi verbal dan nonverbal berbarengan.
nonverbal juga melalui verbal, misalnya pilihan kata. Seringkali (umumnya) tingkah laku
melalui komunikasi verbal dan nonverbal berbarengan.
2. Mengamati
bagaimana sikap seseorang ketika bergaul dengan orang lain.
Dominasi satu sikap dapat dilihat kalau
Pulan sangat menggurui orang lain
maka Pulan sangat dikuasai oleh P dalam hal
ini critical parent. Si Iteung suka
ngambek maka Iteung dikuasai oleh sikap
anak. Si Ucok suka bertanya dan mencari fakta-
fakta atau latar belakang suatu kejadian maka ia dikuasai oieh sikap dewasa.
fakta atau latar belakang suatu kejadian maka ia dikuasai oieh sikap dewasa.
3. Mengingat
kembali keadaan dirinya sewaktu masih kecil; hal demikian dapat
terlihat misalnya dalam ungkapan : buah
jatuh tidak jauh dari pohonnya. Cara
berbicara, gerak-gerik nonverbal mengikuti
cara yang dilakukan ayah dan ibunya yang
anda kenaI.
anda kenaI.
4. Mengecek
perasaan diri sendiri, perasaan setiap orang muncul pada konteks, tempat
tertentu yang sangat mempengaruhi apakah lebih banyak sikap orang tua, dewasa, ataupun
anak-anak sangat menguasai mempengaruhi seorang. Berne juga mengajukan
rekomendasinya untuk posisi dasar seseorang jika berkomunikasi antarpribadi secara
efektif dengan orang lain. Ada empat posisi yaitu :
tertentu yang sangat mempengaruhi apakah lebih banyak sikap orang tua, dewasa, ataupun
anak-anak sangat menguasai mempengaruhi seorang. Berne juga mengajukan
rekomendasinya untuk posisi dasar seseorang jika berkomunikasi antarpribadi secara
efektif dengan orang lain. Ada empat posisi yaitu :
1.
Saya OK, kamu OK (I’m OK., you’re OK)
2.
Saya OK, kamu tidak OK (I’m OK, you’re not OK)
3.
Saya tidak OK, kamu OK (I’m not OK, yo/ire OK)
4.
Saya tidak OK, kamu tidak OK (I’m not OK, you’re not OK).
Di dalam naskah
manusia, ada dua pilihan. Naskah itu menggriskan bahwa ia adalah manusia yang beres
atau OK. Artinya, secara mendasar, ia tidak lebih baik atau lebih
buruk dari orang lain. Ia memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Pilihan kedua
ialah ia membangun suatu naskah yang menggariskan bahwa pada dasarnya ialah
seorang yang tidak beres atau tidak ok. Drama hidup atau perilaku yang
ditampilkan seseorang dipengaruhi posisi dan
gambar
diri yang ia pilih. Pada tahun 1958, Dr. Eric Berne memperkenalkan
Transactional Analysis sebagai suatu metode psikoterapi. Kini Transactional
Analysis berkembang sebagai suatu alat untuk meningkatkan komunikasi dalam
berbagai bidang seperti: kepemimpinan, bisnis, pendidikan, dan industri.
Transactional Analysis itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan komunikasi dan
memahami perilaku manusia. Transactional Analysis melatih kita berfokus pada
"orang" yaitu pada posisinya, respons dan stimulus yang diberikan
atau diterima. Pertukaran stimulus-respons itu disebut transaction. Transaksi
itu terlihat ketika orang berkomunikasi, baik dengan kata, nada suatu atau
isyarat (verbal atau nonverbal).
Contoh:
Jika seseorang
berkata "Halo" pada anda (Halo merupakan stimulus), dan Anda
tersenyum,
senyum Anda itu adalah respons. Maka terjadilah suatu transaksi.
Transaksi
sebenarnya tidak semata-mata terjadi di antara "manusia", tetapi
juga terjadi
"di dalam” benak manusia itu, yaitu terjadi di antara segmen kepribadian
yang disebut ego
states. Hal inilah yang disebut internal transaction.
Contoh:
Anda tidak
menyetujui pidato seseorang. Di satu pihak Anda mengatakan pada diri
sendiri,
"Aku harus membantah". Di pihak lain Anda mengatakan pada diri
sendiri,
"Jangan
cari ribut".
Suatu transaksi
terdiri dari suatu stimulus ego state tertentu dari seseorang dan
suatu ego state
yang lain atau sama dari mitra komunikasi. Namun transaksi yang
terjadi antar
"ego state" tidaklah semata-mata tergantung kepada "ego
state" yang
direfleksikan
dalam kata-kata (verbal), akan bergantung pada faktor-faktor lain, yang
berhubungan
dengan psikologi dan sosial
sumber
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CEQQFjAE&url=http%3A%2F%2Fedwi.dosen.upnyk.ac.id%2FPSIKOM.12.pdf&ei=PRNsUdvtMpDOrQf5sICoDw&usg=AFQjCNEfVbzUD6K8tCzP44lRYUqQ-KD-0g&sig2=uX4vQPRw6vMBgj_-SsZjpA&bvm=bv.45175338,d.bmk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar