Nama : Dina Fenisha Azmi
Kelas : 3PA02
Npm : 19510120
Psikologi
lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan
dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok
etnik, mengenai hubungan-hubungan di antara ubaha psikologis dan sosio-budaya,
ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang
berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
Menurut
Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai
perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu
dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya
Kata budaya sangat umum dipergunakan dalam bahasa sehari-hari. Paling
sering budaya dikaitkan dengan pengertian ras, bangsa atau etnis. Kata budaya
juga kadang dikaitkan dengan seni, musik, tradisi-ritual, atau peninggalan-peninggalan
masa lalu. Sebagai sebuah entitas teoritis dan konseptual, budaya membantu
memahami bagaimana kita berperilaku tertentu dan menjelaskan perbedaan
sekelompok orang. Sebagai sebuah konsep abstrak, lebih dari sekedar label,
budaya memiliki kehidupan sendiri, ia terus berubah dan tumbuh, akibat dari
pertemuan-pertemuan dengan budaya lain, perubahan kondisi lingkungan, dan
sosiodemografis. Budaya adalah produk yang dipedomani oleh individu-individu
yang tersatukan dalam sebuah kelompok. Budaya menjadi pengikat dan
diinternalisasi individu-individu yang menjadi anggota suatu kelompok, baik
disadari maupun tidak disadari. Pada awal perkembangannya, ilmu psikologi tidak
menaruh perhatian terhadap budaya. Baru sesudah tahun 50-an budaya memperoleh
perhatian. Namun baru pada tahun 70-an ke atas budaya benar-benar memperoleh
perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa budaya memainkan peranan penting dalam
aspek psikologis manusia. Oleh karena itu pengembangan ilmu psikologi yang
mengabaikan faktor budaya dipertanyakan kebermaknaannya. Triandis (2002)
misalnya, menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila
dilakukan lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu
psikologi lainnya.
Sebenarnya bagaimana hubungan antara psikologi dan budaya? Secara sederhana
Triandis (1994) membuat kerangka sederhana bagaimana hubungan antara budaya dan
perilaku sosial, Ekologi - budaya - sosialisasi - kepribadian – perilaku.
Sementara itu Berry, Segall, Dasen, & Poortinga (1999) mengembangkan sebuah
kerangka untuk memahami bagaimana sebuah perilaku dan keadaan psikologis
terbentuk dalam keadaan yang berbeda-beda antar budaya. Kondisi ekologi yang
terdiri dari lingkungan fisik, kondisi geografis, iklim, serta flora dan fauna,
bersama-sama dengan kondisi lingkungan sosial-politik dan adaptasi biologis dan
adaptasi kultural merupakan dasar bagi terbentuknya perilaku dan karakter
psikologis. Ketiga hal tersebut kemudian akan melahirkan pengaruh ekologi,
genetika, transmisi budaya dan pembelajaran budaya, yang bersama-sama akan
melahirkan suatu perilaku dan karakter psikologis tertentu.
Pada umumnya penelitian psikologi lintas budaya dilakukan lintas negara
atau lintas etnis. Artinya sebuah negara atau sebuah etnis diperlakukan sebagai
satu kelompok budaya. Dari sisi praktis, hal itu sangat berguna. Meskipun hal
tersebut juga menimbulkan persoalan, apakah sebuah negara bisa diperlakukan
sebagai satu kelompok budaya bila didalamnya ada ratusan etnik seperti halnya
indonesia? Dalam posisi seperti itu, penggunaan bahasa nasional yakni bahasa
indonesia menjadi dasar untuk menggolongkan seluruh orang indonesia ke dalam
satu kelompok budaya. Pada akhirnya tidak ada kategori kaku yang bisa digunakan
untuk melakukan pengelompokan budaya. Apakah batas-batas budaya itu ditandai
dengan ras, etnis, bahasa, atau wilayah geografis, semuanya bisa tumpang tindih
satu sama lain atau malah kurang relevan.
Sebuah definisi mengenai budaya dalam konteks psikologi lintas budaya
diperlukan guna pemahaman yang sama mengenai apa yang dimaksud budaya dalam
psikologi lintas budaya. Culture as the set of attitudes, values, belifs, and
behaviors shared by a group of people, but different for each individual,
communicated from one generation to the next (Matsumoto, 1996). Definisi
Matsumoto dapat diterima karena definisi ini memenuhi semua perdebatan
sebelumnya; budaya sebagai gagasan, baik yang muncul sebagai perilaku maupun
ide seperti nilai dan keyakinan, sekaligus sebagai material, budaya sebagai
produk (masif) maupun sesuatu (things) yang hidup (aktif dan menjadi panduan
bagi individu anggota kelompok. Selain itu, definisi tersebut menggambarkan
bahwa budaya adalah suatu konstruk sosial sekaligus konstruk individu.
Psikologi lintas budaya adalah cabang psikologi yang (terutama) menaruh perhatian
pada pengujian berbagai kemungkinan batas-batas pengetahuan dengan mempelajari
orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda. Dalam arti sempit, penelitian
lintas budaya secara sederhana hanya berarti dilibatkannya partisipasian dari
latar belakang kultural yang berbeda dan pengujian terhadap
kemungkinan-kemungkinan adanya perbedaan antara para partisipan tersebut.
Dalam arti luas, psikologi lintas budaya terkait dengan pemahaman atas
apakah kebenaran dan prinsip-prinsip psikologis bersifat universal (berlaku
bagi semua orang di semua budaya) ataukah khas budaya (culture spscific,
berlaku bagi orang-orang tertentu di budaya-budaya tertentu) (Matsumoto, 2004).
Menurut Seggal, Dasen, dan Poortinga (1990) psikologi lintas budaya adalah
kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus
memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk, dan dipengaruhi oleh
kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Pengertian ini mengarahkan perhatian pada
dua hal pokok, yaitu keragaman perilaku manusia di dunia, dan kaitan antara
perilaku individu dengan konteks budaya, tempat perilaku terjadi. Terdapat
beberapa definisi lain (menekankan beberapa kompleksitas), antara lain:
a. Menurut Triandis, Malpass, dan Davidson (1972) psikologi lintas budaya
mencakup kajian suatu pokok persoalan yang bersumber dari dua budaya atau
lebih, dengan menggunakan metode pengukuran yang ekuivalen, untuk menentukan
batas-batas yang dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan jenis
modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi universal.
b. Menurut Brislin, Lonner, dan Thorndike, 1973) menyatakan bahwa psikologi
lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya
yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa ke arah perbedaan
perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan.
c. Triandis (1980) mengungkapkan bahwa psikologi lintas budaya berkutat
dengan kajian sistematik mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana
pengalaman itu terjadi dalam budaya yang berbeda, yang dipengaruhi budaya atau
mengakibatkan perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan.
Setiap definisi dari masing-masing ahli di atas, menitikberatkan ciri
tertentu, seperti misalnya pertama, gagasan kunci yang ditonjolkan ialah cara
mengenali hubungan sebab-akibat antara budaya dan perilaku. Kedua, berpusat
pada peluang rampat (generalizabiliti) dari pengetahuan psikologi yang dianut.
Ketiga lebih menitikberatkan pengenalan berbagai jenis pengalaman budaya.
Kempat, mengedepankan persoalan perubahan budaya dan hubungannya dengan perilaku
individual. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa psikologi lintas budaya adalah psikologi yang
memperhatikan faktor-faktor budaya, dalam teori, metode dan aplikasinya.
Hubungan antara Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi
Dalam ilmu sosiologi ada istilah akulturasi, akulturasi merupakan proses dimana
suatu kelompok manusia suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur
suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan
asing itu dengan lambat-laun diterima dan dapat diolah kedalam kebudayaan
sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Kaitannya dengan psikologi lintas budaya yaitu bagaimana kelompok manusia yang
dihadapkan oleh kebudayaan lain yang dapat mengendalikan budaya asing yang
masuk sehingga budayanya sendiri tidak akan hilang. Unsur-unsur budaya asing
yang diterima, tentunya terlebih dahulu mengalami proses pengolahan, sehingga
bentuknya tidak asli lagi seperti semula. Hubungan antaraØ Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi Ilmu
antropologi menekankan pada pengertian tentang manusia dengan mempelajari aneka
warna, bentuk fisik, kepribadian, masyarakat serta kebudayaannya. Kaitannya
dengan psikologi lintas budaya yaitu bagaimana manusia dapat memahami adanya
perbedaan aneka warna kulit, bentuk fisik, kepribadian antara sesama manusia
sehingga manusia itu dapat menyesuaikan perilakunya pada kebudayaan tersebut,
maka manusia dapat berelasi baik dengan manusia lainnya.
http://www.slideshare.net/coryditapratiwi/tugas-1-psikologi-lintas-budaya
http://www.psychologymania.com/2011/09/mazhab-dan-aliran-dalam-psikologi.html
http://www.psychologymania.com/2011/09/mazhab-dan-aliran-dalam-psikologi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_lintas_budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar