Nama : Dina Fenisha Azmi
Kelas : 3PA02
Npm : 19510120
Mata
kuliah : Psikologi Lintas Buday
Pengertian Transmisi Budaya
Pewarisan budaya dapat disamakan dengan istilah
transmisi kebudayaan. Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau
penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu
yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Cultural transmission is
the way a group of people or animals within
a society or culture tend to learn and pass on new
information.
Transmisi budaya dinilai sebagai suatu usaha untuk
menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai
pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu
masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini
bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang
terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah
menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Transmisi kebudayaan merupakan salah satu fungsi
komunikasi yang paling luas. Dikatakan demikian karena, dalam proses pewarisan
budaya kita menggunakan bahasa dan cara-cara interaktif sebagai usaha untuk
mentransfer budaya dari satu generasi ke generasi lain. Dalam proses pewarisan
budaya secara tidak langsung terjadi interaksi sosial antar individu yang
mungkin saja membahas tentang ide-ide atau gagasan suatu budaya atau dapat saja
memperkuat kesepakatan norma-norma.
Bentuk-bentuk Transmisi Budaya dan Pengaruhnya
Terhadap Perkembangan Psikologi Individu
Bentuk-bentuk transmisi budaya dapat dikatakan sebagai proses pembudayaan.
Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk pewarisan tradisi budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya dan adopsi tradisi budaya oleh orang yang belum
mengetahui budaya tersebut sebelumnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai
proses enkulturasi sedangkan adopsi tradisi budaya dikenal sebagai proses
akulturasi.
*Enkulturasi
Konsep ”enkulturasi” mengacu kepada suatu proses
pembelajaran kebudayaan (Soekanto, 1993:167). Proses pembudayaan enkulturasi
biasanya terjadi secara informal dalam keluarga, komunitas budaya suatu suku,
atau budaya suatu wilayah. Proses pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh orang
tua atau orang yang dianggap lebih tua. Dalam proses ini, seorang individu
mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat,
sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses
enkulturasi sudah dimulai sejak kecil, awalnya dari orang dalam lingkungan
keluarga lalu dari teman-teman bermain. Dengan demikian pada hakikatnya setiap
orang sejak kecil sampai tua, melakukan proses enkulturasi, mengingat manusia sebagai
mahluk yang dianugerahi kemampuan untuk berpikir dan bernalar sangat
memungkinkan untuk setiap waktu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif,
psikomotornya.
Pengaruh enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu sangatlah
berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan internal individu, seperti
motivasi, sikapnya terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang terdekatnya,
proses perolehan keterampilan bertingkah laku, serta proses penyesuain dan
penerimaan diri berdasarkan latar belakang budayanya. Contohnya seorang anak
belajar mendisiplinkan dirinya sendiri melalui didikan orang tua mengenai waktu
belajar, waktu bermain, dan waktu istirahat. Atau seorang anak yang diajarkan
bagaimana caranya bersopan santun oleh orang tuanya.
*Akulturasi
Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun
pengaruh-mempengaruhi dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sifatnya,
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diakomodasikan dan
dintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadiannya
sendiri (Koentjaraningrat,1990:91). Akulturasi sudah ada sejak dulu dalam
sejarah budaya manusia. Akulturasi timbul sebagai akibat adanya kontak langsung
dan terus-menerus antara kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan
yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya suatu perubahan kebudayaan yang
asli dari kedua masyarakat bersangkutan.
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur
seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur
lain. Proses akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan
seseorang yang tidak tahu, diberi tahu dan disadarkan akan keberadaan suatu
budaya, dan kemudian orang tersebut mengadopsi budaya tersebut; misalnya
seseorang yang baru pindah ke tempat baru, maka ia akan mempelajari bahasa,
budaya, dan kebiasaan dari masyarakat ditempat baru tersebut, lalu ia akan
berbahasa dan berbudaya, serta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat itu.
Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pendidikan juga dipandang
sebagai alat untuk perubahan budaya. Proses pembelajaran di sekolah merupakan
proses pembudayaan yang formal (proses akulturasi). Proses akulturasi bukan
semata-mata transmisi budaya dan adopsi budaya tetapi juga perubahan budaya.
Sebagaimana diketahui, pendidikan menyebabkan terjadinya beragam perubahan
dalam bidang sosial, budaya, ekonomi. politik, dan agama. Namun, pada saat yang
bersamaan, pendidikan juga merupakan alat untuk konservasi budaya-transmisi,
adopsi, dan pelestarian budaya. Akulturasi budaya belajar dapat terwujud
melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam antara lain : pertama,
kontak budaya belajar bisa terjadi antara seluruh anggota masyarakat atau
sebagian saja, bahkan individu-individu dari dua masyarakat. Kedua, kontak
budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara kedua kelompok masyarakat
yang bersahabat, maupun melalui cara permusuhan antar kelompok. Ketiga, kontak
budaya belajar timbul diantara masyarakat yang mempunyai kekuasaan, baik dalam
politik maupun ekonomi.
*Sosialisasi
Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu
proses dimana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai
masyarakat dimana ia menjadi anggota. Maksudnya sosialisasi merupakan seluruh
proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa berkembang,
berhubungan, mengenal dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam
masyarakat.
Menurut Gillin dan Gillin, sosialisasi adalah proses
yang membawa individu dapat menjadi anggota yang fungsional dari suatu kelompok
yang bertingkah laku menurut standar-standar kelompok mengikuti
kebiasaan-kebiasaan kelompok tersebut atau norma kelompok. Proses sosialisasi
dalam perkembangan psikologi individu memberi pengaruh peranan-peranan individu
dimana ia berada maupun dimasyarakat luas. Dalam proses sosialisasi individu
diajarkan untuk menjalankan peranannya secara baik dan sesuai dengan standar.
Persamaan Dan Perbedaan Antar Budaya Dalam Hal
Transmisi Budaya Melalui Masa Perkembangan Individu
Kesamaan dan perbedaan transmisi budaya melalui enkulturasi dan sosialisasi
antara lain : Persamaan yang paling menonjol dari kedua proses transmisi
tersebut adalah pengenalan , pemahaman kebudayaan tertentu dimana prinsip
dasarnya memberikan informasi mengenai budaya suatu daerah terhadap budaya
lain. Proses dimana kita belajar dan menginternalisasi aturan dan pola perilaku
yang dipengaruhi oleh budaya Perbedaan antara kedua transmisi tersebut adalah
proses menyesuaikan diri terhadap budaya tersebut , dimana kita dituntut lebih
dari sekedar mengenal budaya tersebut , tapi lebih pada praktek kegiatan
budayanya.
Kesamaan dan perbedaan dalam hal transmisi budaya melalui masa remaja :
Pada masa remaja adalah masa transisi, dimana proses pencarian jati diri masih
berlangsung. Pemahaman kebudayaan remaja sangatlah penting namun transmisi
budaya pada remaja saat ini sangat sulit. Pemahaman tentang budaya itu sendiri
dapat dimengerti, namun untuk mempraktekan budaya itu sendiri kebanyakan remaja
masih kurang berminat. namun ada juga remaja yang peduli akan budaya, contoh:
penari daerah yang terus melestarikaan budayanya itu sendiri. Selain itu,
mendominasi pada pemikiran tentang kepribadian di budaya barat contohnya
amerika serikat misalnya aktualisasi diri, kesadaran diri, konsep diri,
keyakinan diri, penguatan diri, kritik diri, mementingkan diri sendiri,
meragukan diri sendiri (Lonner, 1988). Sedangkan perbedaannya yaitu dalam
budaya bukan barat seperti negara timur china, jepang dan inidia. Bersifat
kolektivistik ketimbang individualistik (Triandis, 1985, 1994).
Kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya dalam hal
konfromitas : konformitas merupakan hasil interaksi sosial dan proses sosial
dalam kehidupan manusia bermasyarakat yang akan memunculkan perilaku-perilaku
kesepakatan (conformitas) sebagai bentuk aturan bermain bersama. Hal ini
menyangkut perilaku kepatuhan. Kesamaan ketika manusia yang hidup
bermasyarakat mematuhi peraturan atau adat istiadat yang ada dilingkungan itu
sendiri dan bisa menempatkan dirinya sesuai tempatnya. Perbedaan: ketika
manusia yang hidup bermasyarakat itu tidak mau mengikuti peraturan yang ada
dilingkungannya itu sendiri dan orang itu pun bersifat sesukanya dan tidak
memandang peraturan yang berlaku dilingkungannya.
Kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya dalam hal
kognisi sosial : Kognisi social adalah tata cara dimana kita
menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang
dunia social. Kognisi social dapat terjadi secara otomatis. Kesamaan: sama-sama
untuk mengetahui suatu informasi , dan biasanya langsung mencirikan bahwa orang
itu dari daerah mana. Contonya, saat kita melihat seseorang dari suatu ras
tertentu (Cina, misalnya), kita seringkali secara otomatis langsung berasumsi
bahwa orang tersebut memiliki ciri/sifat tertentu. Perbedaan: berbedaannya
kalau kognisi sosial menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan
informasi tentang dunia sosial.
Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal
perilaku gender : Gender merupakan hasil konstruksi yang berkembang selama masa
anak-anak sebagaimana mereka disosialisasikan dalam lingkungan mereka. Adanya
perbedaan reproduksi dan biologis mengarahkan pada pembagian kerja yang berbeda
antara pria dan wanita dalam keluarga. Perbedaan-perbedaan ini pada gilirannya
mengakibatkan perbedaan ciri-ciri sifat dan karakteristik psikologis yang
berbeda antara pria dan wanita. Faktor-faktor yang terlibat dalam memahami
budaya dan gender tidak statis dan unidimensional. Keseluruhan sistem itu
dinamis dan saling berhubungan dan menjadi umpan balik atau memperkuat sistem
itu sendiri. Sebagai akibatnya sistem ini bukan suatu unit yang linear dengan
pengaruh yang berlangsung dalam satu arah, dan semua ini diperoleh dalam
kehidupan kita sendiri. Sebagai konsekuensinya, budaya yang berbeda akan
memberikan hasil yang berbeda pula. Satu budaya mungkin mendukung kesamaan
antara pria dan wanita, namun budaya lainnya tidak mendukung kesamaan tersebut.
Dengan demikian budaya mendefinisikan atau memberikan batasan mengenai peran,
kewajiban, dan tanggung jawab yang cocok bagi pria dan wanita.
Berry, John W. 1999. Psikologi
Lintas Budaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Haviland, William A. 1995. Antropologi Jilid 1. Surakarta: Erlangga