dina fenisha azmi
4pa02
19510120
SISTEM INFORMASI DAN PSIKOLOGI KLINIS
A. PENGERTIAN SISTEM, INFORMASI DAN SISTEM INFORMASI
1.
SISTEM
Sistem merupakan kumpulan dari sub-sub sistem, elemen-elemen,
prosedur-prosedur yang saling berinteraksi, berintegrasi untuk mencapai tujuan
tertentu seperti informasi, target, dan tujuan lainnya. Secara sederhana
sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur,
komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi,
saling tergantung satu sama lain dan terpadu. Sistem bisa berupa abstraksi
atau fisis (Gordon B. Davis, 2002). Sistem yang abstrak adalah susunan yang teratur
dari gagasan-gagasan atau konsepsi yang saling tergantung. Sedangkan sistem
yang bersifat fisis adalah serangkaian unsur yang bekerjasama untuk mencapai
suatu tujuan (Tata Sutabri, 2004).
2.
INFORMASI
Informasi merupakan data yang telah diolah menjadi suatu bentuk
yang penting bagi pengguna dan mempunyai nilai yang nyata atau dapat dirasakan
manfaatnya dalam keputusan-keputusan yang akan datang.
Kualitas dari suatu informasi tergantung
dari 3 (tiga) hal yaitu :
a.
Akurat (accurate)
Informasi harus bebas dari kesalahan dan
tidak boleh menyesatkan. Akurat juga berarti bahwa informasi harus jelas
mencerminkan maksudnya.
b.
Tepat waktu (timelines)
Informasi yang sampai pada penerima tidak
boleh tertunda. Informasi yang sudah usang nilainya akan berkurang. Karena
informasi merupakan landasan didalam pengambilan suatu keputusan.
c.
Relevan (relevance)
Informasi tersebut mempunyai manfaat
untuk penggunanya. Relevansi informasi untuk setiap orang, satu dan lainnya
pasti berbeda.
3.
SISTEM INFORMASI
Sistem Informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan
diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang
saling terkait dan saling mendukung sehingga menjadi suatu informasi yang
berharga bagi yang menerimanya. Dalam pengertian lainnya, Sistem Informasi
merupakan kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain
yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses dan
menyimpan serta mendistribusikan informasi.
Perkembangan
Sistem Informasi meliputi Sistem Informasi Tradisional yaitu suatu
sistem informasi yang dioperasikan dan dikelola secara semi-manual. SI
beroperasi secara lambat sehingga pengambilan keputusan sering berdasarkan data
asumsi/perkiraan.
Suatu sistem informasi pada dasarnya terbentuk melalui
suatu kelompok kegiatan operasi yang tetap, yaitu: mengumpulkan data,
mengelompokkan data, menghitung, menganalisa dan menyajikan laporan.
Manfaat adanya sistem informasi dalam suatu
instansi yaitu:
a.
Menyajikan
informasi guna mendukung pengambilan suatu keputusan.
b.
Menyajikan
informasi guna mendukung operasi harian.
c.
Menyajikan
informasi yang berkenaan dengan kepengurusan.
B. ELEMEN DAN KOMPONEN SISTEM INFORMASI
1. Elemen Sistem Informasi
Ada
beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan, masukan,
proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta
lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah
sistem :
a. Tujuan
Setiap
sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan
inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem
menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem
dengan sistem yang lain berbeda.
b. Masukan
Masukan
(input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya
menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak
secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah
bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya
permintaan jasa pelanggan).
c.
Proses
Proses
merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan
menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan
produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa
pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah.
Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.
d.
Keluaran
Keluaran
(output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa
berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.
e.
Batas
Yang
disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar
sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau
kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan dan
keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi
oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank.
Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan
mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik,
sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana.
f.
Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme
pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik
(feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk
mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar
sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
g.
Lingkungan
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh
terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu
sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan dikendalikan
supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem, sedangkan yang
menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan
hidup sistem.
2. Komponen Sistem Informasi
a.
Orang
(People)
Semua
pihak yang bertanggung jawab dalam hal penyokong atau sponsor sistem informasi
(system owner), pengguna sistem (system users), perancang sistem
(system designer) dan pengembang sistem informasi (sistem development).
b.
Prosedur
Sekumpulan
aturan atau tahapan-tahapan untuk membuat, memakai, memproses dan mengolah
sistem informasi ataupun hasil keluaran dari sistem informasi tersebut.
c.
Basis Data
Secara
konseptual, data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktivitas, dan
transaksi yang tidak mempunyai makna dan tidak berpengaruh langsung secara
langsung kepada pemakainya atau disebut juga sebagai sekumpulan fakta mentah
dalam isolasi.
d.
Perangkat
Keras (hardware)
Mencakup
piranti-piranti fisik seperti komputer, printer, monitor, harddisk, DLL.
e.
Perangkat
Lunak (sotfware)
Sekumpulan
instruksi-instruksi atau perintah-perintah yang memungkinkan perangkat keras
bisa digunakan untuk memproses data, atau sering disebut sebagai program.
f.
Jaringan
(network)
Sistem penghubung yang memungkinkan
suatu sumber dipakai secara bersama-sama, baik pada waktu dan tempat bersamaan
ataupun berbeda
C. ARSITEKTUR SISTEM
INFORMASI
Sistem
informasi dapat di bentuk sesuai kebutuhan organisasi masing-masing. Oleh
karena itu, untuk dapat menerapkan sistem yang efektif dan efisien diperlukan
perencanaan, pelaksanaan, pengaturan, dan evaluasi sesuai keinginan
masing-masing organisasi. Guna dari sistem yang efektif dan efisien tidak lain
untuk mendapatkan keunggulan dalam berkompetisi.
Semua orang dapat menggunakan sistem
informasi dalam organisasi, tetapi faktor efisiensi setiap sistem adalah
berbeda. Perlu diketahui, perubahan sistem, baik besar maupun kecil, selalu
akan melalui tingkatan-tingkatan sebagai berikut :
Tingkat I : Ide, mengetahui perlu adanya perubahan.
Tingkat II : Design, merancang cara pemecahannya.
Tingkat III : Pelaksanaan, menerapkan design ke dalam sistem.
Tingkat IV : Kontrol, memeriksa tingkat pelaksanaan dijalankan sesuai dengan
design
Tingkat V : Evaluasi, memeriksa apakah perubahan yang terjadi sesuai dengan
tujuan
semula.
Tingkat VI : Tindak lanjut, melaksanakn perubahan sesuai dengan hasil evaluasi
yang ada.
Adapun
tingkatan yang menjadi kunci yang digunakan untuk memecahkan bagian masalah
baik itu secara menyeluruh maupun per bagian, yaitu :
D.
KLASIFIKASI SISTEM INFORMASI
Sistem
informasi merupakan suatu bentuk integrasi antara satu komponen dengan komponen
lain karena sistem memiliki sasaran yang berbeda untuk setiap kasus yang
terjadi yang ada di dalam sistem tersebut. Oleh karena itu, sistem dapat di
klasifikasikan dari beberapa sudut pandang, diantaranya:
1.
Sistem abstrak
atau sistem fisik
Sistem
abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak
secara fisik,misalnya sistem teologia, yaitu sistem yang berupa pemikiran
hubungan antara manusia dengan Tuhan. Sistem fisik merupakan sistem secara
fisik, misalnya sistem komputer.
2.
Sistem alamiah
dan sistem buatan manusia
Sistem
alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat oleh
manusia, misalnya sistem perputaran bumi. Sistem buatan manusia merupakan
sistem yang melibatkan interaksi manusia dengan mesin, yang disebut human
machine system. Sistem informasi berbasis internet merupakan contoh human
machine system karena menyangkut penggunaan komputer yang berinteraksi dengan
manusia.
3.
Sistem
deterministik dan sistem probabilistic
Sistem
deterministik adalah sistem yang beroperasi dengan tingkah laku yang dapat
diprediksi. Sistem probabilistik dalah sistem yang kondisi masa depannya tidak
dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilistik.
4.
Sistem terbuka
dan sistem tertutup
Sistem
terbuka adalah sistem yang berhubungan dan di pengaruhi oleh lingkunagn
luarnya. Sistem ini menerima masukan dan menghasilkan keluaran untuk subsistem
lainnya. Sistem tertutup adalah sistem yang tidak terhubung dan tidak
terpengaruh oleh lingkungan luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa
campur tangan pihak luar.
PSIKOLOGI
KLINIS
A. Definisi Psikologi
Klinis
Psikologi
klinis merupakan bentuk psikologi terapan untuk menentukan kapasitas dan
karakteristik tingkah laku individu dengan menggunakan metode-metode pengukuran
assessment, analisa, dan observasi serta uji fisik dan riwayat sosial agar
dapat diperoleh saran dan rekomendasi untuk membantu penyesuaian diri individu
secara tepat (American Psychological Association : 1935 ). Witmer (1912) dikutip oleh Sutardjo
menyatakan bahwa psikologi klinis adalah metode yang digunakan untuk mengubah
atau mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil observasi dan eksperimen
dengan menggunakan teknik penanganan pedagogis. Namun, Woodworth (1937)
berkeberatan dengan definisi atau pengertian psikologi klinis yang dsampaikan
Witmer ini. Menurutnya, jika pengertian psikologi klinis itu seperti yang
dkemukakan Witmer, sebaiknya tidak dsebut psikologi klinis melainkan sebagai
psikologi untuk member pelayanan yang bersifat personal atau sebagai
alternative. Disamping itu Woodworth juga berpendapat bahwapsikologi klinis
dimasa depan harus berusaha untuk memberikan bantuan kepada individual dalam
menyalesaikan masalah seleksi untuk keperluan pendidikan dan pekerjaan,
penyesuaian keluarga dan social, kondisi-kondisi kerja, dan aspek kehidupan
lainnya.
Yang sering
menjadi pegangan dan acuan dasar dalam memahami pengertian psikologi klinis
saat ini adalah definisi yang ditetapkan oleh American Psychological
Association (APA) yang merumuskan psikologi klinis sebagai berikut : Psikologi
Klinis adalah suatu wujud psikologi terapan yang bermaksud memahami kapasitas
perilaku dan karakteristika individu yang dilaksanakan melalui metode
pengukuran, analisis, serta pemberian saran dan rekomendasi. Agar individu
mampu melakukan penyesuaian diri secara patut.
B. Pendekatan Dalam Psikologi Klinis
a.
Pendekatan psikodinamika
b.
Pendekatan
Behavioral dan Kognitif-Behavioral
c.
Humanistik
C. Pemusatan Perhatian dalam Psikologi Klinis
Terdapat
banyak kemungkinan sasaran atau target yang diusahakan dalam membuat asesmen
klinis. Psikologi klinis dapat memusatkan perhatian terhadap :
1.
Disfungsi individual, memperhatikan abnormalitas atau kekurangan dalam
aspek pikiran, emosi, atau tindakannya. Dalam kasus-kasus lain, bisa jadi mereka
memusatkan perhatian untuk menemukan.
2.
Kekuatan klien, dalam hal kemampuan, keterampilan, atau sensitifitas
yang menjadi target evaluasi dan melukiskan.
3.
Kepribadian subyek
D. Intervensi Klinis
Intervensi
dalam rangka psikologi dan khususnya psikologi klinis adalah membantuklien atau
pasien menyelesaikan masalah psikologis, terutama sisi emosionalnya. Kendall
dan Norton Ford berpendapat bahwa intervensi klinis meliputi penggunaan
prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang menangani masalah-masalah dan
mengembangkan kehidupannya yang memuaskan. Psikolog klinis menggunakan
pengetahuannya mengenai pemfungsian manusia dan system-sistem sosial dalam
kombinasi dengan hasil asesmen klinis guna merumuskan cara untuk membantu
perubahan klien ke arah yang lebih baik. Istilah intervensi khusus untuk
psikologi adalah psikoterapi. Pada umumnya terapi menampilkan empat gambaran
kegiatan, yaitu:
a.
Membangun hubungan murni antara terapis dan klien.
b.
Membantu klien melakukan eksplorasi diri dengan cara-cara psikologis.
c.
Terapis dan klien bekerja sama memecahkan masalah psikologis klien.
d.
Terapis dan klien bekerja sama memecahkan masalah psikologis klien.
E. Assesment Klinis
Dalam kamus
Assesment diartikan sebagai menilai atau memahami. tetapi secara definisi
assesment adalah proses mengumpulkan informasi yang nantinya akan dipakai
sebagai dasar untuk mengambil keputusan oleh assesor atau hasil-hasil assesment
itu akan dikomunikasikan atau disampaikan kepada yang berkepentingan.
F. Proses assesment klinis
Inti asesmen adalah mengumpulkan informasi yang akan digunakan untuk mengenali
dan menyelesaikan masalah menjadi lebih efektif
1.Planning data collection procedures
2.Collecting assesment data
3.Data processing and hypothesis formation
4.Communicating assesment data
Diagnostic
System : DSM-IV
Teknik pengklasifikasian gangguan
mental sudah dilakukan sejak tahun 1900-an. Sedangkan secara formal baru pada
tahun 1952 ketika APA (American Psychiatric Association) menerbitkan sistem
klasifikasi diagnostik yang pertama kali, Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder. Sistem ini kemudian terkenal dengan nama DSM
I dan berlaku hingga tahun 1968, ketika WHO mengeluarkan International
Classification of Diseases (ICD). DSM I kemudian direvisi dan disamakan
dengan ICD, kemudian terbit DSM II. DSM I dan II menyeragamkan terminologi
untuk mendeskripsikan dan mendiagnosa perilaku abnormal, tetapi tidak
menjelaskan tentang aturan sebagai pedoman dalam memutuskan suatu diagnostik.
Di dalamnya tidak terdapat suatu kriteria yang jelas bagi tiap gangguan sehingga
agak sulit untuk mengklasifikasikan diagnostik. Pada tahun 1980 DSM II
mengalami perubahan menjadi DSM III yang diikuti pada tahun 1987 dengan edisi
revisi sehingga namanya menjadi DSM III-R. Dalam DSM III ini, sudah terdapat
suatu kriteria operasional untuk masing-masing label diagnostik.
Kriteria ini meliputi simtom utama dan simtom spesifik serta durasi simtom
muncul. Disini juga digunakan pendekatan multiaxial, dimana klien
dideskripsikan ke dalam lima dimensi (axis), yaitu :
a.
Axis I :16 gangguan mental major
b.
Axis II :Berbagai problem perkembangan dan
gangguan kepribadian
C.
Axis III :Gangguan fisik atau kondisi-kondisi
yang mungkin berhubungan
dengan
gangguan mental
D. Axis IV :Stressor psikososial (lingkungan) yang
mungkin memberi kontribusi
terhadap gangguan pada Axis I dan II
e.
Axis V :Rating terhadap fungsi psikologis,
sosial dan pekerjaan dalam satu
tahun terakhir.
DSM III-R pun kemudian dikritik karena beberapa kriteria
diagnostiknya masih terlalu samar dan masih membuka peluang untuk muncul bias
dalam penggunaannya. Dan Axis II, IV dan V mempunyai kekurangan dalam
pengukurannya. Akhirnya pada tahun1988, APA membentuk tim untuk membuat DSM IV.
Di dalamnya tetap menggunakan pendekatan multiaxial seperti pada
DSM III-R dan Axis I hanya dapat di tegakkan jika terdapat jumlah kriteria
minimum dari daftar simtom yang disebutkan. Pada DSM IV ini terdapat beberapa
modifikasi dalam terminologi sebelumnya dan skema rating yang digunakan pada
beberapa axis. Sekarang ini telah diterbitkan DSM IV-TR (Text Revised).
Sampai saat ini DSM IV dan DSM IV-TR digunakan sebagai pedoman klinisi dan
profesional terkait untuk menentukan diagnostik.
Multiaxial DSM IV
a. Axis I :Clinical Disorders, Other Conditions That May Be a
Focus of
Clinical Attentions
Clinical Attentions
b. Axis II : Personality Disorders, Mental Retardation
c. Axis III : General
Medical Conditions
d. Axis IV : Psychosocial
and Environtmental Problems
e. Axis V : Global
Assessment of Functioning (GAF)
2. Deskripsi
Para klinisi
beranggapan bahwa untuk memahami content dari perilaku klien secara utuh
maka harus mempertimbangkan juga tentang context sosial, budaya dan
fisik klien. Hal itu menyebabkan asesmen
diharapkan dapat mendeskripsikan kepribadian seseorang secara lebih utuh dengan
melihat pada person-environtment interactions. Dalam fungsinya sebagai
sarana untuk melakukan deskripsi terhadap kepribadian seseorang secara utuh, di
dalam asesmen harus terdapat antara lain : motivasi klien, fungsi intrapsikis,
respon terhadap tes, pengalaman subjektif, pola interaksi, kebutuhan (needs)
dan perilaku. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif tersebut memudahkan
klinisi untuk mengukur perilaku pra treatment, merencanakan jenis treatment
dan mengevaluasi perubahan perilaku pasca treatment.
3.
Prediksi
Tujuan asesmen
yang ketiga adalah untuk memprediksi perilaku seseorang. Misalnya klinisi
diminta oleh perusahaan, kantor pemerintah atau militer untuk menyeleksi
seseorang yang tepat bagi suatu posisi kerja tertentu. Dalam kasus tersebut,
klinisi akan melakukan asesmen dengan mengumpulkan dan menguji data deskriptif
yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan prediksi dan seleksi.
Klinisi kadang dihadapkan pada situasi untuk memprediksi hal-hal yang
berbahaya, misalnya pertanyaan seperti “Apakah si A akan bunuh diri ?”, “Apakah
si B tidak akan menyakiti orang lain setelah keluar dari RS?”. Pada saat itu
klinisi harus menentukan jawaban “ya” atau “tidak”. Prediksi klinisi
tentang “berbahaya” atau “tidak
berbahaya” dapat dievaluasi dengan empat kemungkinan jawaban.
a.
True positive, jika prediksi
klinisi berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku berbahaya.
b.
True negative, jika prediksi
klinisi tidak berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku yang tidak
berbahaya.
c.
False negative,
jika prediksi
klinisi tidak berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku berbahaya.
d.
False positive,
jika prediksi
klinisi berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku tidak berbahaya.
4.
Observasi
Tujuan
observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang dikatakan klien.
Banyak yang mempertimbangkan bahwa observasi langsung mempunyai tingkat
validitas yang tertinggi dalam asesmen. Hal itu berhubungan dengan kelebihan
observasi antara lain:
a.
Observasi
dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk menghindari permasalahan yang muncul selama interview
dan tes seperti masalah memori, jenis respon, motivasi dan bisa situasional.
b.
Relevansinya
terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya perilaku agresif anak
dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang ditunjukkan dalam lingkungan bermain
dimana masalah itu telah muncul.
c.
Observasi dapat
mengases perilaku dalam konteks sosialnya. Misalnya untuk memahami seorang
pasien yang kelihatan depresi setelah dikunjungi keluarganya, akan lebih
bermakna dengan mengamati secara langsung daripada bertanya, “Apakah Anda
pernah depresi?”.
d.
Dapat
mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya untuk mengetahui
tingkat gairah seksual seseorang dapat diobservasi dengan banyaknya cairan
vagina yang keluar atau observasi melalui bantuan kamera.
5. Life record
Asesmen yang
dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik berupa ijazah sekolah,
arsip pekerjaan, catatan medis, tabungan, buku harian, surat, album foto,
catatan kepolisian, penghargaan, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari life
record tersebut. Pendekatan ini tidak meminta klien untuk memberi respon
yang lebih banyak seperti melalui interview, tes atau observasi. Selama proses
ini, data dapat lebih terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau
faktor situasional. Contohnya, klinisi ingin mendapatkan informasi tentang
riwayat pendidikan klien. Data tentang transkrip nilai selama sekolah mungkin
dapat lebih memberikan informasi yang akurat tentang hal itu daripada bertanya
,”Bagaimana saudara di sekolah?”. Buku harian yang ditulis selama
periode kehidupan seseorang juga dapat memberikan informasi tentang perasaan,
harapan, perilaku atau detail suatu situasi yang mana hal itu mungkin
terdistorsi karena lupa selama interview. Dengan merangkum informasi yang di
dapat tentang pikiran dan tingkah laku klien selama periode kehidupan yang
panjang, life records memberikan suatu sarana bagi klinisi untuk
memahami klien dengan lebih baik.
Adapun bagan dari terbentuknya web psikologi klinis yang
dibuat berdasarkan sistem informasi :
bagan dari input :
bagan dari proses :
bagan output :
Sumber:
·
Davis, B. G.
(2002).
Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Pustaka
Binaman Pressindo.
·
Sutabri, T. (2004). Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta:
Andi Offset
·
PENS-ITS. “Dasar Sistem Informasi”. http://apr1l-si.comuf.com/arsitektur.php
·
Suhari, Ari. (2011).
Komponen-komponen sistem informasi. diunduh tanggal Rabu, 26 Oktober 2011 dari
http://arisuhari.blogspot.com/2011/10/komponen-komponen-sistem-informasi.html.
http://natsirasnawi.blogspot.com
http://beby2011.student.umm.ac.id
http://fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id